Kedekatan Emosional Kekeluargaan, Hantarkan Junaidi Ke Kursi Dewan

Foto:Junaidi Bersama Istri Tercinta Ely.

BENER MERIAH – Seorang sosok Juna alias Junaidi. Kini tengah mengisi kursi Legislatif DPRK Bener Meriah sejak ikut kontestasi pesta politik tahun 2019 lalu. Mengulas soal masa lalu Junaidi, dirinya tidak pernah membayangkan bisa duduk sebagai perwakilan rakyat memenuhi suara rakyat di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Bener Meriah.

Buruh Kopi

Seperti apakah masa lalu Junaidi hingga berani ikut kontestasi politik? Berikut perjalanan karir Junaidi dalam dunia politisi di Kabupaten Kopi ini.

Juna alias Junaidi merupakan putra Tingkem yang lahir pada 07 Juli 1972. Sejak kecil, ia hidup sebagai seorang petani kopi dan petani padi. Sejak menyelesaikan sekolah pada 1990, ia tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang S1. Ia kemudian menjadi seorang buruh kopi bersama Haji Sukar terhitung selama 12 tahun sejak 1990-2002.

“Sejak 1990-2002 sebagai buruh kopi. Kira-kira ketika Pak Jokowi masih di Aceh Tengah masa itu (sekarang Bener Meriah),” sebutnya.

Tidak hanya sebatas sebagai buruh, kadang kala suasana kopi sedang tidak musim atau masa track, Juna kemudian melibatkan diri dalam bidang antar jemput padi untuk digiling di pabrik kopi.

“Bukan hanya saja buruh, kopi kan ada masa tracknya, jadi beraktivitas takkala ada panen padi. Di pabrik inilah aktivitas saya mengabdikan diri,” kata Juna di rumahnya, Selasa, 22 Agustus 2023.

Terkadang, sambungnya, menjadi tukang jemput padi keliling dan kemudian di giling kadang ke Kampung Delung, Kenawat, Isak, Gunung, dan sejumlah kampung lainnya.

Dalam 12 tahun itu bergelut sebagai buruh, menjadikan dirinya mendapatkan pengalaman-pengalaman menarik salah satunya dikenal banyak orang.

“Dari pabrik ini dapat pengalaman yang sangat luar biasa. Banyak padi di beberapa kampung,” sambung Juna.

Ia menilai, pengalaman-pengalaman tersebut mendapatkan sensasi politik yang luar biasa terlebih lagi dia merupakan ponakan dari Haji Sukardi (Almarhum)saat itu banyak dikenal masyarakat luas.

Baca Juga Artikel ini :  Kabupaten Bener Meriah Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2023

“Ini azas luar biasa dari segi politik. Jadi di sana faedah kedekatan dengan masyarakat,” timpalnya.

Juna menyebutkan, sebagai seorang yang memiliki banyak keluarga besar, ia turut mengikuti jejak sang ayahnya yaitu Abdul Kadir alias Luu .

“Dulu tahun 75, bapak buka kebun di Keramat Jaya. Namun mengalami insiden atau kecelakaan,” sebutnya.

Bapak saya, sambungnya, merupakan pendiri Klub Sepak Bola Merpati Tingkem.

“Bapak saya orangnya pandai bergaul, dari itu ia tidak menetap di Tingkem, melainkan beraktivitas di Simpang Tiga khususnya di pasar Simpang tiga. Dulu kan banyak orang Tingkem berdagang di pasar tu,” tambahnya.

Menjadi Mandiri dan Beli Kopi

“Sambil nyelam,  minum air,” mungkin ini pribahasa yang benar adanya. Demikian juga yang dilakukan oleh Juna. Sembari menjadi buruh kopi, sembari ia mengambil sari ilmu yang dialami. Ia belajar cara menjemur kopi, mengetahui kadar air kopi, mengelola kopi dan hingga memberanikan diri menjadi toke kopi.

“Disela sebagai seorang buruh, saya juga belajar dan menguasai soal kupi, kadar air kopi, cara memahami pengiriman kopi ke Medan, dan lain-lain,” tambahnya.

Pak Haji Sukardi kan sempat pergi Makkah Almukarramah, sambungnya, kan dia memiliki nasabah, jadi nasabah-nasabahnya ini saya yang kontrol dan kelola para pelanggan.

“Setelah Pak Haji Sukardi pulang dari Makkah, saya aktif kembali sebagai ketua gudang. Saya ikut berdagang pelan-pelan ke Haji sukardi. Demikian juga setelah pisah rumah,” sebutnya.

Juna juga mengaku bahwa setelah pisah rumah dengan Haji Sukardi, ia juga belajar menjadi toke kupi dan menjual ke induknya, Haji Sukardi.

Baca Juga Artikel ini :  Mampu Hafal Al-Qur'an, Pj. Sekda Khairmansyah Rekom Desty Indah Pertiwi Sebagai Paskibraka 2024 Bener Meriah

Seiring berjalannya waktu, ia kemudian melakukan pengiriman ke luar negeri melalui organisasi kopi masa itu yaitu Klub Gayo Organisasi Kopi.

Turun Menjadi Politisi

Soal berinteraksi dalam politisi, Junaidi sendiri tidak memiliki bakat sama sekali. Bahkan sedikitpun dalam benak tidak tertarik untuk itu. Namun apa daya, ternyata minat itu ada pada orang lain dan melalui Junaidi bakat itu disandarkan.

Saat itu Juna menjadi seorang buruh juga sebagai petugas di pasar Simpang Tiga, namun dorongan keras (harapan) dari kawan-kawannya menginginkan Junaidi maju mewakili rakyat di legislatif.

“Awal kenapa saya maju, karena saya buruh dan tinggal di terminal (di pasar). Bongkar muat bongkar muat barang. Padahal saya tidak memiliki pengalaman politik dan bahkan nol sama sekali. Namun di desak kawan-kawan dan akhirnya bergabung dengan partai lokal pada 2008. Ini lah awal dasarnya,” tukasnya.

Namun sayang, dorongan kawan-kawannya ini tidak dapat menghantarkan Juna ke kursi Dewan. Ia gagal menjadi caleg 2009 dari PAS. Kegagalan itu kemudian ia pergi dan berangkat ke Mekkah.

“Saya tidak lagi mau mengurus partai. Setelah itu didorong lagi untuk maju dan akhirnya masuk melalui perahu dari Partai Hanura yang saat itu menjadi anggota. Saat itu juga suara tidak cukup karena dimenangkan Maryanto,” tegasnya.

Pada 2018, Juna kemudian (Pengganti Antar Waktu) PAW menggantikan Sutrisno yang ikut menjadi kontestan Calon Bupati Bener Meriah.

“Alhamdulillah, 2018-2019 duduk di Dewan sebagai PAW dari Sutrisno. Kalau keahlian politik tidak ada, hanya saja duduk di dewan sebagai bentuk pemberian Tuhan,” ucapnya.

Pada pemilu 2019-2024, Junaidi kembali terpilih dan diamanahkan masyarakat sebagai perwakilan di kursi Dewan. Ia mengandalkan suara dari keluarga dan juga menggait kawan-kawan seperjuangan dalam organisasi kopi.

Baca Juga Artikel ini :  Kemenag RI Tetapkan Desa Cekal Baru Bener Meriah  Resmi Jadi Percontohan Nasional Kampung Zakat 

“2018/2019 PAW, baru Murni duduk di dewan pada pencaleg an 2019/2004,” tegasnya.

Memperjuangkan SKA di Komisi B

Murni dipilih masyarakat dari dapil I, Juna kemudian memperjuangkan hak-hak rakyat lewat program Surat Keterangan Asal (SKA) Kopi.

“Selaku wakil Komisi B DPRK Bener Meriah yang membidangi perekonomian, perdagangan dan perindustrian, saya berusaha untuk menghadirkan Surat Asal kopi di Bener Meriah. Kita berupaya untuk membuat regulasi ini bahwa kopi yang dikirim ke luar negeri adalah kopi asal Bener Meriah,” katanya.

Hal itu dilakukan juna karena memang sebelumnya sebagai pelaku kopi. Dari itu ia berupaya untuk memperjuangkan hal itu guna meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

Artinya, sambungnya, lisensi kopi itu merupakan kopi asal Bener Meriah atau surat resmi bahwa kopi yang dikirimi ke luar negeri adalah kopi dari Bener Meriah.

“Pertama selaku dari bisnis kopi, termasuk di perdagangan saya pun sangat-sangat ikut mencetak surat keterangan Kopi termasuk di organik, surat keterangan asal. Siapa pun pembeli kopi dari luar negeri, ada tanda tangan dari Bener Meriah bahwa itu kopi dari Bener Meriah,” semangatnya.

Namun sayang, harapannya itu tidak berjalan lancar belum maksimal. Seiring bergantinya Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Bener Meriah, program tersebut akhirnya berubah.

Padahal katanya, andaikan itu dapat terjadi tentu petani kopi tidak sengsara lagi dan ini pun sesuai prosedur yang diharapkan.

Hal ini diperjuangkan, karena ia mengaku bahwa harga kopi di luar negeri cukup mahal jika dibeli. Apalagi kopi yang kita tawarkan adalah kopi yang berlisensi terbaik, tentu akan dapat kita jual dengan harga yang kita tawarkan.

“Program tersebut kita usahakan merakyat dan rakyat kita dapat menikmati SKA,” pungkasnya.(*)