Alhamdulillah di Masjid Al-Muttaqin Wih Pesam Wudhu Gunakan Air Panas

BENER MERIAH – Kebedaraan mata air panas merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi Kabupaten Bener Meriah. Pasalnya, mata air panas atau hot springs yang merupakan sumber mata air geothermal (panas bumi) tidak semua daerah di Aceh memilikinya.

Mata air panas menjadi salah satu keistimewaan bagi daerah yang berada dibawah kaki Gunung Merapi Burni Telong ini. Selain menjadi salah satu sumber daya tarik bagi sektor pariwisata, juga menjadi anugrah bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Apalagi, Bener Meriah dikenal sebagai daerah berhawa sejuk sehingga keberadaan mata air panas kerab digunakan untuk berbagai akfitas warga di daerah itu. Khususnya sebagai sumber air panas untuk mandi, sehingga dapat mengusir rasa dingin.

Baca Juga Artikel ini :  Dinas Pariwisata Bener Meriah Seleksi Bujang Beru Tahun 2023 

Tidak hanya berhenti sampai disitu. Keberadaan air panas, juga menjadi sumber air yang digunakan warga untuk berwudhu seperti di Masjid Al-Muttaqin, di Kampung Simpang Balek, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah.

Keberadaan air panas, membuat Masjid Al-Muttaqin memiliki daya tarik tersendiri bagi para pelancong yang singgah disana. Air panas tersebut, selain ada di tempat Wudhu, juga di kamar mandi tersedia air panas yang terus mengalir tanpa hentinya

Baca Juga Artikel ini :  Sukseskan Pilkada 2024 di Bener Meriah, Pj Bupati Tandatangani NPHD dengan Dandim dan Kapolres

Sumber mata air panas tersebut di wakafkan oleh  masyarakat untuk Masjid Al-Muttaqin. Air panas tersebut aktif digunakan di masjid itu, sejak tahun 2011.

Awalnya, untuk membangun saluran air panas menuju lingkungan masjid, dilakukan secara swadaya oleh masyarakat Simpang Balik.

Bendahara Masjid Al-Muttaqin, Zulfikar, Jumat (10/3/2023) mengatakan keunikan masjid ini tentu karna air panasnya. Tapi air panas di area masjid, suhunya tidak terlalu panas, juga tidak terlalu dingin.

Baca Juga Artikel ini :  HPBM Gelar Milad ke 19 di kota Banda Aceh.

“Karena keunikan ini, banyak wisatawan dalam negeri maupun mancanegara yang datang kesini. Sebagian diantaranya hanya sekadar untuk beribadah. Terlebih lagi, letaknya berada di jalan lintas nasional,” katanya.

Masjid Al-Muttaqin dibangun pada tahun 1980 dan diresmikan pada 25 Desember 1991 oleh Gubernur Aceh, Prof. Dr. Ibrahim Hasan, M. B. A. Masjid tersebut memiliki luas tanah 4.637 m2 dan luas bangunan 40 x 25 m. Tanah wakaf masjid berasal dari Syiah Kuala dengan penerima wakaf H. Budiman. ( * )

Penulis: *